CARI INFO. Lara masih
termenung disudut ruangan dan tak habis fikir dengan semua yang terjadi
di depan matanya. Semuanya terasa begitu
tak masuk akal. Sosok anak laki laki pertama di keluarga ayahnya yang
diharapkan dan semestinya dapat menjadi panutan keluarga dan memberikan teladan
yang baik pada adik adiknya.
Tapi anak
laki laki nomer satu di keluarga ayahnya itu sebut saja namanya Kasyen, sangat
jauh untuk dapat dibanggakan. Ketika ia masih baru menikah dan mulai produktif memiliki
anak, hampir setiap tahun istri Kasyen melahirkan. Kala itu sang ayah sudah mulai menasihati agar mengatur
kelahiran anaknya dan mulai memikirkan jumlah anak ideal yang sesuai dengan
kekuatan dan kemampuannya. Alasannya sangat rasional anak adalah anugerah yang
maha kuasa yang harus dijaga, dirawat,
dididik, dinafkahi lahir bathin, sandang, pangan dan pendidikannya. Anak juga seharusnya
dibesarkan dengan penuh perhatian dan
kasih sayang serta diajarkan memiliki kepandaian ilmu dunia dan akhirat serta
sikap mandiri dan skill how to survive.
Logikanya
semakin banyak anak semakin besar biaya yang dibutuhkan untuk menjaga merawat,
memelihara, menafkahi sandang , pangan, papan dan pendidikan yang terbaik.
Semakin banyak anak itu juga berarti sang orang tuanya harus semakin memiliki
sikap fight dan pantang menyerah serta tidak kenal lelah untuk bekerja dan menghasilkan income terbaik
untuk menafkahi keluarga besarnya, karena setiap hari ada saja kebutuhan
keluarga dalam jumlah besar yang harus dipenuhi. Kebutuhan keluarga yang besar
dengan banyak anak tersebut juga akan semakin membesar seiring dengan semakin
besarnya usia sang anak tidak hanya untuk menafkahi sandang, pangan, papan,
kebutuhan rohani dan rekreasi tapi juga biaya kebutuhan pendidikan yang semakin
membesar. Kala Kasyen masih punya 3 anak
dan dinasehati oleh ayahnya agar mengatur jarak kelahiran anaknya dan
memikirkan jumlah anak ideal yang sesuai
dengan kemampuanya santai Kasyen berucap”lho
banyak anak kan banyak rizki Ayah”. Sang ayah hanya berucap ‘ya benar tapi
orang tuanya juga berarti harus siap mental, fight, mau bekerja keras dan
cerdas tanpa kenal lelah untuk menafkahi dan mendidik keluarganya’. Mendengar
nasehat ayahnya Kasyen berucap’ setiap anak kan punya rizki masing masing’. Intinya
kala itu, setiap dinasehati ayahnya Kasyen selalu saja menjawab dengan berbagai
argumen yang singkatnya setiap anak punya rizki masing masing dan rizki pasti diberikan Allah. Tapi kini
berpuluh tahun kemudan ketika ke-7 anak Kasyen sudah sekolah di SD, SMP, SMA
dan Kuliah dengan biaya yang semakin membesar…apa yag terjadi? Kasyen yang
termasuk kategori orang yag tidak fight bekerja dan tidak pantang menyerah ….dengan
istri yang hanya pandai menuntut dinafkahi dan tidak bisa membantu mencari
nafkah, serta tidak pandai mengatur keuangan….dan tak mandiri mengurus rumah
tangga….kini Kasyen hampir setiap kekurangan materi dan butuh
uang untuk menafkahi kelauarga dan menyekolahkan anaknya akan lari ke ayahnya
untuk merengek, menghiba hiba dan minta
dipinjami uang oleh ayahnya…..sungguh cerita tragis dan mengenaskan yang mesti
dialami ayah Kasyen di usia tuanya…tidak diberi yang meminjam adalah
anaknya….diberi pinjaman setiap kali butuh uang pasti Kasyen kembali lagi…..dan menurut ayah Kasyen’lautan
pun pasti akan tertelan oleh Kasyen dan istrinya yang tidak mandiri dan tidak pandai
mengatur keuangan keluarga….Mau tahu bagaimana kisah Kasyen dan ayahnya selanjutnya ......ikuti kisahnya terus hanya
DISINI.